Penetrasi Seluler Ekspansi ke WiFi
Kecepatan yang ditawarkan jaringan seluler, apakah itu GSM (HSDPA) maupun CDMA, membuat para operator semakin percaya diri. Salah satu konten yang ditawarkan adalah layanan akses ke dunia maya secara fleksibel, tidak perlu lagi mencari-cari lokasi hot-spot yang kebanyakan di-password dengan voucher.
Fleksibilitas yang ditawarkan oleh jaringan seluler tampaknya menjadi peluang bisnis yang diincar para operator seluler, selain bisnis "recehan" melalui SMS. Terutama bagi mereka yang tidak pernah datang ke lokasi hot-spot tertentu di lokasi yang sama, akses melalui seluler merupakan solusi yang sangat memudahkan.
Akses internet secara mudah selama ini banyak disediakan provider jaringan nirkabel WiFi (wireless fidelity) di mal-mal atau kafe di kota-kota besar. Biasanya pengguna diharuskan membeli kupon terlebih dahulu sebelum diizinkan memakainya untuk basis waktu tertentu sesuai harga kupon yang dibeli.
Ketika jaringan seluler belum mendukung untuk akses ke internet, operator seluler besar sebenarnya juga sudah memberikan layanan melalui WiFi bagi pelanggannya. Dari pengalaman inilah operator seluler mencoba masuk ke lokasi-lokasi yang selama ini dilayani operator WiFi.
Setidaknya tiga operator besar, yakni XL (PT Excelcomindo Pratama), Indosat, dan Telkomsel. Masing-masing sudah memiliki kemampuan dengan jaringan 3G (generasi ketiga) yang sudah digelarnya. Teknologi HSDPA (high speed downlink packet access) sudah mampu menjawab kebutuhan kecepatan sebanding dengan WiFi.
Sementara operator CDMA juga sudah mulai tertarik menggarap pasar internet bergerak ini walaupun sebenarnya sejak awal teknologi CDMA sudah memungkinkan dibandingkan dengan GSM. Operator CDMA di Indonesia terjebak dalam aktivitas mengumpulkan pelanggan sebanyak-banyaknya bersaing dengan operator GSM daripada layanan internet.
Peningkatan kapasitas layanan data melalui CDMA2000 1xEV-DO sudah dilakukan Fren dari Mobile-8 dan StarOne (Indosat). StarOne lebih memilih Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, sebagai basis layanan EV-DO, Fren mengembangkannya di Jakarta, sementara Esia (Bakrie Telecom) masih uji coba meski juga membuka layanan internet bergerak.
HSDPA XL
Operator memainkan peran penting dalam memenuhi kebutuhan kecepatan para pengakses internet nirkabel bergerak. Bukan hanya pemenuhan jaringan yang sesuai, tetapi juga kecepatan yang dikehendaki. Saat ini sudah empat dari lima operator GSM pemilik lisensi 3G yang sudah mengoperasikan jaringan broadband nirkabelnya.
Kecepatan 3G standar yang mencapai maksimal 384 kbps (kilobit per detik) sudah jauh lebih cepat dari yang ditawarkan operator CDMA yang maksimalnya 153 kbps. Tentu kecepatan ini bukan kecepatan yang bisa diperoleh para pengakses, biasanya lebih rendah dari kapasitas maksimal, apalagi jika pengakses pada BTS yang sama banyak.
Peningkatan kecepatan dilakukan dengan meng-upgrade menjadi HSDPA yang merupakan teknologi evolusinya 3G. Kecepatan downlink (menarik data) bisa mencapai 2,6 Mbps (megabit per detik), tentu sudah jauh lebih cepat dari jaringan kabel tetap.
Dalam tes menggunakan piranti lunak beberapa waktu lalu bersama tim XL, kecepatan yang bisa diperoleh bisa melebihi 1 Mbps. Dalam keadaan sibuk bisa mencapai sekitar 600-700 kbps, dan kecepatan ini pun sudah sangat mengagumkan dibandingkan dengan akses internet melalui kabel tetap.
Maka tidaklah mengherankan apabila penetrasi awal jaringan HSDPA yang dikembangkan XL juga masih menjangkau daerah- daerah yang selama ini banyak dilayani oleh jaringan WiFi yang terkonsentrasi di dalam mal. Setidaknya cakupan HSDPA yang disediakan juga masih terfokus pada pusat kegiatan bisnis modern di Jakarta, yaitu kawasan segitiga Kuningan, termasuk di antaranya kawasan Thamrin yang sudah padat dengan layanan WiFi.
Tentu saja untuk mendapatkan kecepatan HSDPA setiap pemilik kartu SIM tidak secara otomatis bisa mendapatkan. Kecepatan HSDPA baru diperoleh melalui upgrade pada profil pengguna yang dimiliki operator, biasanya dikaitkan dengan paket yang dijual (berikut kartu data yang mendukung).
Pemilik kartu Xplor akan secara otomatis "dilarikan" ke akses 3G dengan kecepatan maksimal 384 kbps jika profilnya tidak disesuaikan oleh operator. XL membebaskan para pelanggannya dalam mendapatkan kecepatan, sementara operator lain masih "mengikat" pada kecepatan tertentu dan tidak akan bisa memperoleh kecepatan maksimal. Hal ini hanya bisa dilihat melalui perangkat lunak pengukur bandwidth, sedangkan informasi yang ditampilkan pada layar notebook adalah kecepatan maksimalnya.
Dalam percobaan yang dilakukan Kompas menggunakan kartu data yang dibuat Huawei memang sudah mengagumkan. Kartu data dengan koneksi USB itu dengan mudah di-install pada notebook, cukup mencolokkan port USB maka secara otomatis driver akan ter-install, tidak perlu lagi memasukkan disk driver.
Ini sangat berguna bagi perangkat mobile yang tidak memiliki penggerak CD-ROM. Meski untuk lingkungan desktop dengan sistem operasi Windows XP masih sulit melakukan instalasi piranti lunak, karena koneksi USB tidak dikenali.
Kemudahan ini juga akan terjadi ketika pengguna akan mengaktifkan hubungan ke jaringan seluler. Cukup dua klik, yaitu klik icon XL dan klik connect (jika tidak ada password), maka hubungan sudah terbangun. Selanjutnya tinggal mengklik piranti lunak penjelajah yang digunakan, sangat mudah.
Basis penghitungan biaya koneksi seperti kebanyakan operator GSM sesuai dengan jumlah data yang diakses, download maupun upload. Penggunaan basis data ini bagaimanapun lebih fair dibandingkan dengan basis waktu. Ini dikarenakan dalam kondisi sangat sibuk akses akan lambat sehingga waktu tetap berjalan meski data yang ditarik belum didapatkan seperti yang dikehendaki.
Teknologi pendukung
Dalam perkembangan ke depan, akses internet nirkabel ke depan tidak hanya dilayani menggunakan teknologi HSDPA dan evolusinya maupun CDMA, tetapi juga teknologi WiMAX. Bahkan, yang terakhir ini bisa diterapkan baik pada operator GSM maupun CDMA dengan WiMAX bergerak.
Bahkan WiMAX yang sekarang sudah diterapkan, termasuk di Indonesia ini disebut-sebut sebagai teknologi 4G (generasi keempat). Operator-operator masa mendatang tidak lagi bersikukuh pada basis teknologi yang digunakan saat ini, tetapi mereka bisa memilih sesuai dengan kebutuhannya.
Beberapa operator CDMA belakangan sudah memilih teknologi WCDMA (Wideband CDMA) yang merupakan teknologi 3G yang dipilih kelompok GSM. Di mana teknologi 3G itu sendiri sekarang sudah mengalami evolusi dengan apa yang dikenal dengan HSDPA.
Selanjutnya, HSDPA disempurnakan dengan HSPA (High Speed Packet Access) dengan memperbaiki kecepatan akses uplink-nya. Pengembangan oleh vendor-vendor jaringan raksasa, seperti Ericsson, bahkan sudah mengarah pada teknologi LTE (Long Term Evolution) yang sudah diujicobakan.
LTE yang sudah menembus kecepatan 114 Mbps sudah melewati persyaratan 4G, di mana komunikasi bergerak minimal bisa dilakukan dengan kecepatan 100 Mbps. Memang untuk akses stasioner tuntutannya lebih berat, yaitu 1 gigabit per detik yang tentu belum bisa mengategorikan LTE sebagai 4G.
Sementara perangkat-perangkat terminal yang dikembangkan para pembuat handset juga tidak terlalu terburu-buru melahirkan ponsel pintar atau ponsel PDA dengan kecepatan akses yang melewati kemampuan jaringan. Saat ini selain ponsel dengan kecepatan HSDPA yang bisa ditemukan di pasar, juga ponsel WiMAX secara prototipe sudah dibuat dan tentu masih menunggu kesiapan operator untuk memasarkan.
Selain teknologi akses, ponsel-ponsel pintar juga berkembang dalam kemampuan mendukung kebutuhan pengakses masa depan. Di mana akses internet bergerak akan semakin banyak diminati para pengguna internet yang tidak mau repot menenteng-nenteng laptop yang cukup berat dan merepotkan.
Perusahaan ponsel raksasa, seperti Nokia, selain sudah meluncurkan communicator baru yang memiliki akses HSDPA yang disebut dengan E90, juga mengembangkan versi lain, seperti N95. Pada produk yang terakhir ini, tampaknya Nokia berharap dapat lebih diterima khalayak yang lebih luas. Ponsel ini sudah mengadopsi resolusi layar VGA yang memudahkan mereka yang sedang mengakses internet.
Arah yang dilakukan Nokia ini juga dibuat Dopod yang beberapa waktu lalu meluncurkan produk mini notebook U1000. Meski harga masih menjadi kendala, tetapi sebagai produk masa depan yang mengacu pada produk internet bergerak akan menjadi terobosan.
Jika pasar menerima dengan baik produk-produk "rintisan" itu, niscaya produsen-produsen lain akan mengikuti. Selain teknologi layar VGA yang sudah bisa dibuat pada layar seukuran 2,3 inci, juga prosesor bergerak untuk perangkat mobile sudah semakin cepat dan memori juga semakin murah.
Sumber : Kompas